Sorot
sinar mentari di pucuk pohon hari ini depan rumahku menerobos masuk ke dalam
kamar. Pagi ini dia mampu membangunkanku dari sebuah lamunan akan kesepian hati
yang sedang membayangiku akhir-akhir ini.
Aku bergegas dan bersiap diri berangkat ke
kantor dengan masih memendam seribu kehampaan hati yang terus menyelimuti jiwaku.
Bising
kendaraan roda dua telah meramaikan suasana Malang pagi ini. Dalam deru laju
motor yang ku tumpangi, pikiran ini terus menuntunku untuk terus bertanya, sampai
kapan hati ini akan menutup rasa sepiku?Seakan-akan batin ini terus bertanya-tanya,
berteriak pada kesunyian . Di tengah temaramnya hati, motor inilah satu-satunya
yang paling setia menemani hari-hariku.Hari-hari ku yang lebih cenderung dan
bisa dikatakan stagnan dengan rutinitas yang hanya itu itu saja.
Bayangkan
dari kecil hingga dewasa aku masih saja bergulat di daerah ini dengan beribu
perubahan yang ada. Ah Malang kenapa engkau tidak seindah dulu. Kemanakah
keindahanmu yang dulu sering aku rindukan meski hanya sesaat waktu aku
meninggalkan kota ini. Perubahan-perubahan
itu mengingatkan aku akan usiaku yang selalu bertambah. Tahun ini umurku sudah
genap 26. Bukannya aku tidak mensyukuri apa yang telah aku peroleh, tapi
sejatinya aku hanya merasa sepi dalam keramaian yang ada disekitarku.
Tak
terasa roda ini berhenti berputar di sudut parkiran kantor dan menutup lamunanku
sebagai lamunan pamungkas pagi ini. Dengan langkah gontai aku menaiki tangga
menuju lantai 3 gedung besar ini.Sesampai diruangan kerja, aku
duduk pada meja kerjaku. Tidak ada yang istimewa di kantorku. Pemandangan yang hampir
sama selama satu tahun lebih aku disini. Hanya terlihat ibu-ibu yang lebih sering
bergosip dibandingkan kerja.
“Syad,
tolong segera urus surat-surat kerjanya hari ini, soalnya besok kamu dapat
disposisi bimtek di hotel montana, jika
ada yang masih belum jelas, nanti ke meja saya.” suara atasanku tiba2 mengagetkanku
yang sedang asyik menikmati pemandangan yang sebenarnya membosankan.
"Oh
iya bu, nanti saya selesaikan hari ini". sahutku setengah gembira, karena
disposisi Bimtek masalah IT itu akhirnya sampai juga ke aku. Aku segera
mengambil setumpuk berkas yang ada di meja ibu yang menjadi atasanku itu.
"Wah
syad, akhirnya dapat jatah keluar juga ya.. eh kali aja dapat jodoh
disana". Begitu celetuk salah
sorang ibu dikantor meledekku.
Sambil
tersenyum kecil aku pun berkata denga n logat syahrini, “iya ini bu,Alhamdulillah ya, semoga…”.Celetukan-celetukan
ibu-ibu seperti itu memang sudah akrab ditelingaku. Bahkan mungkin kata-kata
itu sudah menjadi makanan harian bagiku. Mungkin karena aku termasuk salah satu staff termuda dan
masih single. Hingga tanpa bosan-bosannya tiap hari selalu mendapatkan
pertanyaan kalo gak “kapan nikah?” ya “kapan nikah?”. Ah memang begitulah para orang
tua,aku maklumi saja dan selalu aku jawab dengan senyuman dan mengamini setiap
apa yang mereka katakan karena aku anggap itu juga doa.
Esok
harinya aku bangun lebih pagi dari biasanya, seperti ritual sebelum-sebelumnya,
mandi sarapan dan berangkat kerja. Tapi kali ini aku tidak pergi ke kantor,
tapi aku harus menghadiri bimtek di hotel montana. Lumayan lah bisa dapat uang
saku, makan gratis dan kali aja dapat jodoh (ah sepertinya aku sudah terkena
racun kata-kata ibu-ibu dikantor).
Sesampai
di hotel montana aku mengikuti bimbingan teknis dengan semangat yang biasa aja, lagi-lagi tidak ada yang istimewa. Karena
materi yang disampaikan di Bimtek ini sebenernya persis dengan materi yang aku
dapat selama 3 tahun di bangku kuliah. Jadi asal ikuti saja lah, lumayan bisa ketemu
temen-temen satu angkatan pegawai.
Sekitar
pukul 12 siang, acara bimtek pun berhenti sejenak untuk makan siang dan ishoma.
Setelah makan siang, segera aku ke mushola hotel untuk sholat dhuhur. Setelah sholat,
aku duduk-duduk di kursi sebelah mushola sambil menunggu beberapa temanku yang masih
bergantian sholat dhuhur. Tiba-tiba ada tiga orang cewek lewat didepanku dan
langsung duduk di arah seberang kursi tempatku duduk. Aku masi diam saja sambil utak-atik hp nunggu
temen selesai sholat. Namun ketika aku menunggu, aku merasa salah seorang dari
cewek yang duduk di seberang tadi seolah melihatku. Mungkin karena aku merasa gak “ngeh” dan tidak
pakai kacamata, aku Cuma membalas melihatnya namun tidak memperhatikan siapa
dia. Beberapa saat setelah itu, tiga cewek itu kembali lewat didepanku, dan
tiba-tiba salah seorang dari mereka menyapaku, sambil berkata “Selamat siang pak pejabat”. Aku pun terkaget
dengan sapaan yang tidak biasa aku dengar
itu. Seirama dengan kekagetanku akan sapaan itu, aku pun terkaget setelah
melihat siapa yang menyapaku. “Lho? Kiky ?Ada acara apa kok disini juga?”
balasku dengan masih setengah kaget. Entah kenapa aku bisa langsung
mengingatnya waktu itu.
Ya itu
kiky, salah satu teman waktu di Mts dulu. Teman yang hanya saling tau nama
saja. Teman yang dulu hanya saling melihat ketika bertemu. Tanpa ada sapaan
apapun. Maklum masih MTS,masih lebih banyak kekanak-kanakannya dan cueknya,
meskipun sekarang juga masih ada dikit.
“Ini,ada acara juga didepan,” ujarnya sambil
tersenyum. “” ohh” balasku pendek. Lalu dia pun berkata “aku balik ke depan dulu ya” sambil berpamitan
kembali ke acaranya.
Ah kenapa
aku hanya membalas dengan “ohh”, emangnya apa yang bisa didapat dengan hanya “ohh”.
Sambil mengingat-ingat kejadian tadi,aku tersenyum-senyum sendiri sambil
berjalan memasuki ruangan. Ya..Kiky..temenku MTS dulu yang memang udah lama aku
gak bertemu dengan dia bahkan loss contact!! Aku tak menyangka bakal menemuinya
hari ini.
Setelah
pertemuan itu akupun mulai sering bertegur sapa dengannya lewat facebook lalu
beralih saling mention di twitter, bahkan sampai mulai gombal-gombal di twitter
(Ah dasar anak muda jaman sekarang). Sampai akhirnya akupun dapat nomer hp nya.Mulailah
berpindah melalui sms an. Lama-lama entah kenapa kehadirannya aku anggap
sebagai sesuatu yang berbeda. Hari-hari ku kian terisi oleh seonggok rasa yang
sudah lama aku tak rasakan.Hari-hari
yang sarat akan makna, ketika aku merasakan kerinduan saat dia tidak
memberikan komentar di facebook atau saat aku tidak mention dia di twitter atau ketika tidak bertegur sapa lewat sms. Ah
kenapa perasaan ini?
Sumpah,
aku sendiri malu dengan diriku sendiri untuk mengatakan kalo aku jatuh cinta
dengannya. Aku bukan lagi anak ababil atau anak MTS lagi yang dengan mudah
mengumbar nada-nada cinta di setiap saat kala melihat seseorang yang cantik.
Tapi kenapa sekarang rasa sepiku mulai hilang?ah aku tak peduli dengan itu.
Lepas dari jatuh cinta atau tidak, aku merasakan kebahagiaan yang teramat
mendalam ketika berada di berkomunikasi dengnnya. Aku melihat ada pelangi yang
penuh warna dan terlihat begitu indah di mataku. Kali ini aku hanya mampu
memandangi pelangi kecil itu, tanpa mau mengejarnya, seakan masih dipenuhi
keraguan yang terpendam dalam anganku.
Perlahan,
keyakinan ini mulai muncul, bahwa Aku harus berlari mengejar pelangi itu. Tanpa
ku kejar, pelangi itu tak akan pernah bisa ku tatap dan ku gapai lebih dekat,
Karena sejatinya pelangi itu tidak bisa sembarangan muncul, pelangi itu akan
muncul ketika hujan turun dan akan hilang dalam hitungan menit. Jika aku
terlambat, maka aku tak akan mendapatkan pelangi itu. Aku berusaha meyakinkan
perasaanku bahwa aku inilah memang pelangi yang harus aku kejar.
Ketika
keyakinan ini mulai muncul, aku sadar bahwa diluar sana pelangiku masih
menunggu dan mungkin masih ada sedikit keraguan padanya akan perasaanku
terhadapnya. Aku akan berusaha menepis keraguannya dan memastikan bahwa
keraguannya adalah sesuatu yang manusiawi, aku tahu bahwa untuk melangkah
menuju kehidupan yang lebih baik, pasti akan mendapati banyak ujian dan
tantangan. Termasuk di dalamnya adalah ketidakyakinan dan keraguan.
Tenanglah
pelangiku, ditengah keraguanmu, aku akan
berusaha untuk meyakinkanmu bahwa aku mampu membawamu membentuk pelangi yang
lebih indah dari pelangi yang sekarang.
Pelangiku,
kini engkau telah mampu menempati relung jiwaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan ini, kesempatan yang telah lama ku tunggu. Dalam sebuah penantian
panjang, ada seseorang yang dengan ikhlas memberikan warna di tiap sisi
penantian itu, dia lah pelangiku. Pelangi kecil yang hadir dalam setiap doaku dan dalam
tiap doa yang terucap itu ada tanggung jawab yang harus aku emban untuk
memberikan hari-hari yang penuh warna. Tidak hanya sekarang, tapi untuk sebuah
kehidupan yang paling diimpikan oleh setiap insan. Kehidupan yang bukan lagi
sandiwara cinta, melainkan kehidupan nyata meraih cinta untuk saat ini dan mendatang, dunia dan
akhirat.
Aku
meyakini bahwa semua keindahan rasa dan getaran-getaran yang aku alami sekarang
adalah jalan yang Allah tunjukkan atas
doa-doaku selama ini. Dengan segala keyakinan dan tekad yang bulat, aku akan
menjadikan pelangi kecilku sebagai
bagian yang selalu ada dalam
kehidupanku, selalu menemani hari-hariku menjadi lebih indah dan penuh warna
dan tentunya sebagai bentuk kesempurnaan iman kami terhadapNya.
Aku
datang menjemputmu Pelangi kecilku....
Aku
tidak akan menunggu hujan berikutnya untuk melihat pelangi itu, saat ini aku
mengagumi pelangi yang ada di depan mataku sebagai anugerah terindah yang
pernah ku miliki. Selamat ulang tahun pelangi kecilku. Aku tidak bisa
memberikan kado seperti yang mungkin kamu harapkan, tetapi aku akan selalu menyelipkan
namamu disetiap doaku. Semoga menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya
dalam sisi apapun. Semoga apa yang menjadi
doamu kedepannya bisa terwujud dengan baik, dan semoga Tuhan tetap selalu
memberikan jalan terbaik di setiap langkah yang kamu lalui serta semoga kamu
selalu bisa bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan kepadamu.
Happy
Birthday Klenthing Kuningku (Red : bukan
nama sebenarnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar